Nyobeng Merupakan Ajang untuk saling berkunjung dan silahturahmi

Hli Buei  MCB, tidak terasa perjalanan begitu jauh dengan penuh rintangan, mulai dari perjalanan beraspal, Kerikil sampai melewati perbukitan dengan keadaan kendaraan penuh lumpur, semua itu bukan menjadi sebuah hambatan bagi mereka yang peduli terhadap Budaya leluhur Nenek Moyang Khusus Anak – anak Dayak, terbukti sehari sebelum (15/5) sebelum Puncak Acara berlangsung, Desa Hli Buei sudah begitu rama di padati para tamu dari berbagai Daerah, Mulai dari Negara Tetangga (Malaysia), Kayong Utara, Kalimantan Tengah, Jakarta, Salatiga dan Ameika Serikat (New York).
Bunyi dentuman Musik Tradisional dan Senjata Api (Lantak) saling bersautan dalam acara penyambutan Para Tamu-tamu yang datang dalam Acara Nyobeng tersebut, kedengarannya si seram bagi mereka yang baru pertama kali menghadiri acara tersebut, tapi bagi mereka yang sering hadir dalam acara tersebut itu sudah biasa, dan yang paling unik sekali yaitu acara lempar telur ke anggota tubuh tamu yang datang (kedengarannya konyolkan), itu lah sebuah tradisi turun temurun bagi suku Dayak khususnya Dayak Bidayuh.
Tapi jangan salah dalam acara lempar teluh ke Tamu itu ada makna dan airti tersendiri baik itu bagi tamu maupun bagi Warga Suku Bidayuh sendiri, terbukti acara itu setiap tahun selalu ramai di datangin para Tamu-tamu dari luar Desa Hli Buei (Siding), dan acara Nyobeng sudah menjadi dan masuk dalam Kalender Pariwisata di Kabupaten Bengkayang, Acara dilaksanakan mulai hari Senin (15/5) dari Pukul 09.00 – 16.00 WIB di Desa Hli Buei Kecamatan Siding.
Dalam acara Nyobeng tersebut berlangsung secara resmi di buka langsung oleh Wakil Bupati Bengkayang (Agustinus Naon, red) dan dalam katasambutan Agustinus Naon, red, berpesan kepada warga kecamatan Sebujit (Bidayuh, red) tadisi Nyobeng harus tetap di pertahankan terutama bagi anak-anak sebujit sendiri, jangan sampai punah itu merupakan titipan leluhut Nenek Moyang kalian (Anak Bidayuh, red).  tersebut di hadiri juga oleh Ketua DAD Kabupaten Bengkayang  (Kristianus Anyim, red) dan Ketua Adat  Malaysia (Dr. Sapalubis, red) dan beberapa Pejabat di Kabupaten Begkayang dan Mantan Bupati Bengkayang yang Pertama (Drs. Jacobus Luna, M. Si).
dalam kata sambutan Ketua DAD Kabupaten Bengkayang (Kristianus Anyim, red) juga berpesan, supaya acara Gawai Adat ini menjadi nilai tersendiri, terutama di mata pengunjung, disini kita bisa negenal tentang Budaya, Cara Hidup di lingkungan terpengaruh kehidupan dunia barat (Bebas, red). Tradis orang Timur (Indonesia), Anyim juga meminta kepada Pihak Pemerintah khusus Kabupaten Bengkayang dapat membantu masyarakat Adat, terutama dalam hal pembangunan di daerah pelosok dapat di rasakan juga oleh masyarakat terpencil layaknya kehidupan di kota Kabupaten dalam hal Dunia Sarana Pendidikan, Kesehatan, dan Akses Transportasi (Jalan, red), Anyim juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bengkayang supaya bisa menjaga bersama sama Adat Istiadat, dan jangan Lupa Miniatur Rumah Adat Baluk yang ada Anjungan Kalimantan Barat di TMII dapat di rawat, karena itu merupakan Maskotnya Kabupaten Bengkayang.    
Dalam acara berlangsung Wakil Bupati Bengkayang dan para undangan di suguhkan dengan acara hiburan Panjat Pinang, bukan Panjat pinang seperti acara Hut RI yang pernah kita lihat, tapi ini panjat Pinang Ekstrim (Panjat Terbalik, red), para peserta panjat pinang pun tidak sembanrangan, harus melewati proses khusus (Ritual Adat, red) panjat pinang ini mungkin di Indonesai hanya di Kabupaten Bengkayang sendiri yang ada, itu yang membuat Setiap Tahun khusus pada Tanggal Lima Belas Bulan Juni (15/5) selalu ramai yang datang, di Desa Hli Buei Kecamatan Siding.
Disini juga para Mahasiswa maupun para Dosen di perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang bergelut dengan Kesenian, Budaya dan Sastra  (Perkuliahan, red), pasti lebih akan datang dangan mengikuti Gawai Nyobeng itupun kalau tau informasinya. Kebanyakan yang lebih tahu itu biasanya Mahasiswa asal Bengkayang, sebagiannya Cuma pernah dengan kabar aja dan tidak tau dimana lokasi dan Tempat Acara berlangsung.
Acara Nyobeng di Mata Para Komonitas Fhotografer, baik itu komonitas Fhotografer asal Bengkayang sendiri maupun di mata komonitas Fhotografer dari luar Bengkayang sendiri berbeda beda tapi semuanya untuk Acara Nyobeng kali ini merasa Puas, karena objek yang mereka ambil (abadikan) tidak terhalang terutama dari Spanduk/ Baloho para Sponsor dan Donatur yang membantu terlaksananya kegiatan Nyobeng, kata salah satu Fhotografer asal Bengkayang (Frans Wijaya) yang di liris dalam status Akun Facebook nya.  ©2015 :@hermanbky 

Komentar

Postingan Populer